Bersikaplah Seperti Air, Kata Guru Saya

Bersikaplah seperti air, yang tak pernah menyerah berusaha kembali ke asalnya. Di posisi manapun ia berada, tak pernah lupa bahwa ia harus kembali ke laut. Bersikaplah seperti air, yang tak pernah lupa siapa dirinya. Apapun yang terjadi, ia tetap ingat dan menyadari siapa dirinya, dari mana berasal dan ke mana akan kembali.

Oleh: Khairullah Zain

Bersikaplah seperti air, kata guru saya di Ibtidaiyah dahulu, memotivasi kami. Beliau tidak mengupas tentang sifat cairnya, tapi tentang kesungguhan dan komitmennya untuk mencapai tujuannya.

Bersikaplah seperti air, kata guru saya di Ibditadiyah dahulu, memotivasi kami. Air selalu menuju laut. Siapapun yang menghalanginya, apapun yang menghambat jalannya, ia akan selalu berusaha mencapai tujuannya.

Semua air ingin menuju laut, kata beliau. Namun, tidak semua air mudah jalannya. Ada air yang semula berada dalam tanah, mengalir melalui mata air, terjebak dalam sumur, dikonsumsi manusia, mengikuti proses dalam tubuh manusia, kemudian keluar lagi melalui keringat, kencing, dan cairan lainnya. Ada yang kemudian menguap naik ke awan, ada pula yang kembali masuk ke bumi.

Air yang menguap ke awan mengikuti proses kondensasi, akhirnya menjadi hujan. Turun lagi ke bumi, ada yang beruntung turun langsung di tujuannya, laut. Ada pula yang masuk dalam sungai, mengalir menuju laut. Namun ada yang kembali masuk bumi, mengalir lewat mata air dan mengulangi proses perjalanannya menuju laut.

Air, meski ketika sudah berada di lautan, ia kadang mengalami evaporasi, menguap akibat sinar matahari, namun ia tidak pernah menyerah dan akan kembali turun untuk menuju laut.

Air, meski ia dipaksa berubah bentuk yang menyulitkannya untuk menuju laut, akan kembali ke dirinya yang asli, cair dan mengalir menuju laut. Kadang ia dipaksa membeku dan menjadi es. Kadang ia dipaksa menjadi gas dan menguap. Namun, ia tidak pernah menyerah, selalu berusaha kembali ke keaslian zatnya, cair dan mengalir menuju laut.

Air tak pernah menyerah berusaha kembali ke asalnya. Di posisi manapun ia berada, tak pernah lupa bahwa ia harus kembali ke laut.

Air tak pernah lupa siapa dirinya. Apapun yang terjadi, ia tetap ingat dan menyadari siapa dirinya, dari mana berasal dan ke mana akan kembali.

Bersikaplah seperti air, nasehat guru saya di Ibtidaiyah dahulu. Masih kuingat, meski puluhan tahun berlalu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *