Belajar Pada Adab Tuan Guru Dachlan Cantung

Bagi Guru Cantung, tidak layak bila datang dengan tangan kosong kepada seorang guru yang telah meluangkan waktu, tenaga dan fikiran untuk membagikan ilmunya kepada kita. Bukankah kebaikan harus dibalas dengan kebaikan? Adakah yang lebih baik di dunia ini selain ilmu agama yang menerangi jalan kita menuju Tuhan?

Bila di Sekumpul, Guru Cantung selalu tampil dengan pakaian yang sangat sederhana. Orang yang tidak kenal beliau tidak akan pernah menyangka bahwa dia adalah seorang ulama besar.

Seringkali Guru Cantung hanya mengenakan ‘kopiah jangang’, mirip orang kampung biasa. Bila ada yang kenal beliau mencoba mendekati untuk sekedar bersalaman, beliau mengangkat tangannya, tidak mau disalami, khawatir dicium tangannya sementara dia sedang berada di wilayah gurunya, Abah Guru Sekumpul.

Padahal, selain sebagai ulama yang berpengaruh di daerahnya, Tuan Guru Cantung juga salah seorang Rais Syuriah PWNU Kalsel periode 1998 – 2003 yang ketika itu dipimpin KH Muhammad Rosyad.

Guru Cantung, meski sejatinya ia termasuk murid Tuan Guru Samman Mulia, yang berarti masih terhitung saudara seperguruan dengan Abah Guru Sekumpul, tidak ada kata malu turut serta belajar kepada Abah Guru Sekumpul dan mengaku sebagai muridnya. Padahal, secara usia Guru Cantung lebih senior. Lahir pada 14 Agustus 1932, Guru Cantung lebih tua sepuluh tahun dibanding Abah Guru Sekumpul yang lahir pada 11 Februari 1942.

Simak Lanjutannya, Klik di Sini.

One thought on “Belajar Pada Adab Tuan Guru Dachlan Cantung

  • 10 Maret 2021 pada 13:40
    Permalink

    Mudahan dapat syafaat sidin aamiin jazakumullah khaira aamiin

    Balas

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *