Paribasa Banjar: Harang Habis, Panggangan Kada Masak
Pernah mendengar paribasa urang Banjar ‘Harang Habis, Panggangan Kada Masak’? Apa maksud paribasa ini? Berikut ulasan pemerhati Budaya Banjar.
Oleh: Noorhalis Majid
Sudah banyak menghabiskan biaya – modal, hasil yang didapat tidak memadai, bahkan merugi. Ongkos besar sudah dikeluarkan, benar-benar tidak sepadan dengan hasil diperoleh, begitulah maksud harang habis, panggangan kada masak.
Arang habis, yang dipanggang tidak masak, begitu arti sederhana paribasa Banjar ini. Aktivitas memanggang, dipinjam untuk melihat fenomena sosial, tentang satu pekerjaan yang diharapkan membawa hasil, ternyata tidak berbuah sebagai mana diharapkan. Walau sudah banyak pengorbanan dilakukan, hasilnya sangat tidak memadai, bahkan merugi.
Boleh jadi karena salah perhitungan, atau akibat tidak fokus, tidak bersungguh-sungguh. Tidak menjalankan semua prosedur yang seharusnya dilakukan, Biaya terbuang percuma untuk hal yang tidak sesuai. Lebih banyak membiayai entertain – hiburan, dibanding substansi.
Orang tua menghabiskan dana sangat besar untuk biaya kuliah anaknya, si anak malah tidak serius kuliah, lebih banyak main, akhirnya kuliah tidak selesai – ilmu pun tidak didapatkan.
Begitu juga dalam soal bisnis, membuka usaha tanpa perhitungan matang, tidak pernah dilakukan survey pasar, bukan keuntungan didapat, modal terkuras dan merugi. Dan berbagai soal lainnya, termasuk politik, ketika perhitungan tidak matang, bukan karier politik didapatkan, justru kerugian – kesia-siaan. Apalagi popularitas, elektabilitas, modal dan usaha, tidak selalu linier.
Ungkapan ini ingin memberikan pelajaran soal ongkos dan hasil yang didapat. Merasionalkan ongkos yang dikeluarkan dan hasilnya. Sepadankah hasil tersebut dengan harga yang sudah dibayar. Harus pandai menghitung, agar sesuai antara modal dan keuntungan. Dalam ilmu bisnis disebut analisis cost benefit, berbagai rumus perhitungan dapat menolong meminimalkan resiko kerugian.
Bila tidak pandai menghitung, dalam soal apapun, dapat menimbulkan kerugian.
Tidak mesti selalu dibaca dalam pengertian ekonomi – materi. Dalam bentuk lainnya, seperti waktu, kesempatan, pengalaman, pengetahuan, hilangnya akses, dan lain sebagainya yang terbuang percuma, juga bagian dari bentuk kerugian yang nilainya justru lebih besar.
Kebudayaan ingin mengajarkan, agar fokus pada hal-hal yang mendatangkan manfaat, karena hidup memang harus bermanfaat dan memberi manfaat seluas-luasnya bagi manusia dan lingkungan. Jangan sampai harang babis, panggangan kada masak. (nm)
Baca Selanjutnya: Paribasa Urang Banjar: Kaya Manabang Tungkat Rumah.
Baca Juga: Paribasa Banua Banjar: Mamasang Lukah di Karing.