Imam Abdurrahman Assegaf dan Sejarah Marga Assegaf
Sejarah habaib marga Assegaf bermula dari Al Habib Abdurrahman Assegaf. Namun, beberapa marga habaib yang berasal dari keturunan Al Imam Abdurrahman Assegaf ada yang tidak menyematkan gelar Assegaf. Di antaranya Al Syihab (Bin Syihab/Syahab), Al ‘Ayderus, Al ‘Aththas, Ba Aqil, Al Baiti, Al Munawwar, dan Bin Syekh Abu Bakar (BSA).
Banua.co – Sejarah habaib marga Assegaf berpuncak pada Al Habib Abdurrahman bin Imam Muhammad ‘Mawla Ad Dawilah’ bin Ali bin Alwi Al Ghayyur bin Al Imam Al Faqih Al Muqaddam Muhammad bin Ali Ba Alawi.
Sementara, ibunya adalah Syarifah Aisyah binti Abu Bakar Al-Wara bin Ahmad bin Al Imam Al Faqih Al Muqaddam. Dengan demikian, antara ayah dan ibunya masih sepupu jauh, yaitu sama-sama dzuriat Al Imam Al Faqih Al Muqaddam.
Bila dirunut hingga ke Rasulullah shalallahu’alaih wa aalih wa sallam, Al Imam Abdurrahman adalah dzuriat urutan ke 20. Kakeknya yang bergelar Al Faqih Al Muqaddam, yaitu Muhammad adalah putra Ali bin Muhammad Shahib Mirbath bin Ali Khala Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Al Muhajir Illallah Ahmad bin Isa.
Al Imam Ahmad bin Isa bin Muhammad An Naqib bin Ali Al ‘Uraidhi bin Imam Ja’far As Shadiq bin Imam Muhammad Al Baqir bin Imam Ali Zainal Abidin bin Imam Al Husain, putera Sayyidatina Fathimah binti Sayyidina Muhammad bin Abdullah.
Al Habib Abdurrahman lahir pada tahun 739 H dan wafat pada 23 Sya’ban tahun 819 H. Beliau punya beberapa saudara, yaitu Alwi, Ali, dan Abdullah. Juga seorang saudari, yaitu Alawiyah.
Gelar Assegaf dan Muqaddam Tsani.
Al Imam Abdurrahman dikenal sebagai orang yang rajin menuntut ilmu. Beliau banyak menerima ilmu dari ayahnya, Al Imam Muhammad ‘Mawla Ad Dawilah. Kendati demikian, beliau tidak membatasi diri belajar hanya kepada ayahnya. Bahkan guru-gurunya tidak terbatas dari kalangan habaib saja, tapi juga dari kalangan non babaib, seperti Syekh Ali bin Sa’id Ba Shulaib, Syekh Abu Bakar bin Isa Ba Yazid, Syekh Muhammad Ba ‘Ubbad, Syekh Muhammad bin Sa’id Ba Syukail, dan ulama-ulama lainnya.
Karena semangat yang tinggi dalam menuntut ilmu dan mengamalkannya, kelak menjadikannya sebagai seorang sayyid yang berilmu dan shalih, sehingga menjadi rujukan para habaib di zamannya.
Imam Abdurrahman mendapat julukan Assegaf yang secara harfiah bermaka atap karena keilmuan dan keshalihannya diakui sangat tinggi. Sehingga, Al Habib Abdurrahman seolah atap bagi para habaib dan ulama di zamannya. Dari sinilah sejarah gelar marga Assegaf bermula.
Selain gelar As Seggaf, gelar lainnya yang disematkan kepada Al Imam Abdurrahman adalah Al Muqaddam Ats Tsani. Hal ini karena ketika itu kedudukan beliau di kalangan para habaib Hadhramaut bagaikan kedudukan kakeknya Muhammad bin Ali di zamannya. Bila kakeknya mendapatkan gelar Al Muqaddam pertama, maka Imam Abdurrahman adalah Muqaddam kedua.
Mujahadah dan Riyadhah Imam Abdurrahman Assegaf
Dalam kitab Tarikh Hadhramaut disebutkan bahwa pada awal suluknya, Imam Abdurrahman Assegaf melatih disiplin diri dengan sering berpuasa dan beribadah, hanya mengambil sedikit dari apa-apa yang diperbolehkan, dan ketat dengan waktu.
Disebutkan, mulanya beliau mewiridkan dua kali khatam Al Qur’an dalam tahajjudnya setiap malam. Kemudian beliau memilih sebuah lembah untuk menyendiri melakukan ibadah.
Ketika itu, Imam Abdurrahman Assegaf memperketat riyadhah-nya. Beliau menamatkan Al Qur’an empat kali siang hari dan empat kali pada malam hari. Sehingga setiap harinya beliau membaca Al Qur’an delapan kali khatam.
Ali bin Muhammad Al Khatib, salah seorang murid Imam Assegaf bercerita bahwa gurunya Imam Abdurrahman membaca empat kali khatam Al Qur’an pada malam hari dan empat kali khatam pada siang hari. Dua kali khatam setelah shalat Shubuh sampai Zhuhur, satu kali khatam antara Zhuhur dengan Ashar dan satu kali khatam setelah Ashar.
Imam Abdurrahman Assegaf sangat tidak menyukai keterkenalan dirinya, bahkan sangat membencinya. Beliau lebih suka menjauhi manusia dan menyendiri di lembah untuk beribadah. Tidak keluar kecuali ada keperluan. Kadang hingga sebulan bahkan lebih beliau tidak keluar dari lembah.
Keturunan Imam Abdurrahman Assegaf dan Marga Assegaf
Disebutkan dalam kitab Syams Azh Zhahirah, Al Imam Abdurrahman Assegaf mempunyai 13 putera dan 7 puteri. Dari 13 orang putera, 6 orang di antaranya tidak mempunyai keturunan, yaitu Umar Al Muhdhar, Muhammad, Ahmad, Ja’far, Hasan, Syaikh. Adapun Abu Bakar As Sakran, Ali, Alawi, Abdullah, Aqil, Ibrahim, dan Husain kelak mempunyai keturunan.
Sementara 7 orang puteri Al Imam Abdurrahman Assegaf adalah Maryam, Fathimah, Bahiyyah, Asma, Aisyah, Alawiyah As Saum dan Alawiyah Al Qarah.
Tidak semua dzuriat Al Imam Abdurrahman menyematkan gelar marga Assegaf di belakang nama mereka. Beberapa keturunannya kemudian membentuk marga baru.
Beberapa marga habaib yang berasal dari keturunan Al Imam Abdurrahman Assegaf di antaranya Al Syihab (Bin Syihab/Syahab), Al ‘Ayderus, Al ‘Aththas, Ba Aqil, Al Baiti, Al Munawwar, dan Bin Syekh Abu Bakar (BSA).
Penulis: Khairullah Zain.
Editor: Shakira.