Tuan Guru Haji Sabran Rahmat, Ulama Banua yang Menjadi Tokoh NU di Tembilahan

Tuan Guru Haji Sabran Rahmat, demikian nama lengkapnya. Mungkin tidak banyak Aktivis Muda Nahdliyyin Banua yang mengetahui bahwa tokoh NU Tembilahan, Indragiri Hilir Riau ini adalah ulama asli Banua.

Banua.co – Sebenarnya nama aslinya sangat singkat, Sabran. Sementara Rahmat adalah nama ayahnya. Orang-orang kemudian menyebutnya Tuan Guru Haji Sabran Rahmat.

Tuan Guru Haji Sabran Rahmat dilahirkan di Pantai Hambawang tahun 1905. Pantai Hambawang saat ini adalah nama ibu kota kecamatan Labuan Amas Selatan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan.

Sejatinya, ada dua pendapat berbeda tentang tahun kelahiran Tuan Guru Haji Sabran bin Haji Rahmat. Data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyebut Tuan Guru Haji Sabran lahir pada tahun 1892, namun menurut anak Tuan Guru Haji Sabran sendiri, Muhyiddin, beliau dilahirkan pada tahun 1905.

Tuan Guru Sabran Rahmat Menuntut Ilmu Agama.

Tuan Guru Haji Sabran belajar ilmu di Negara. Ketika itu, Negara salah satu destinasi para penuntut ilmu agama, khususnya orang-orang pahuluan. Banyak para ulama dan habaib bermukim di Negara. Di antaranya, Habib Ibrahim Al Habsyi, salah seorang habib kelahiran Seiwun Hadhramaut, ketika ke Nusantara memilih bermukim di Negara.

Setelah menuntut ilmu di Negara, Tuan Guru Haji Sabran pulang dan berdakwah di tanah kelahirannya, Pantai Hambawang. Namun tidak lama, beliau kemudian berangkat ke kota Makkah untuk menunaikan ibadah haji dan menambah pengetahuan agama. Tidak ada catatan pasti kapan beliau berangkat, namun diperkirakan kisaran tahun 1925 – 1930. Sekira 3 tahun beliau bermukim di kota wahyu tersebut. Konon sempat bertemu dan belajar kepada Syekh Ali Al Banjari, seorang zuriat Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari yang menjadi ulama terkenal di kota Makkah.

Sepulang dari tanah suci, Tuan Guru Haji Sabran berdakwah di kampung halaman. Beliau menjadi ulama terkenal di Pantai Hambawang.

Ketika banyak orang Banjar ‘madam’ ke Sapat Sumatera, Tuan Guru Haji Sabran juga turut. Apalagi ketika itu ada ulama Banjar yang sangat terkenal menjadi Mufti Kerajaan Indragiri, Tuan Guru Abdurrahman Siddiq Al Banjari atau Datu Sapat. Kepada ulama zuriat Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari ini Tuan Guru Haji Sabran kemudian melanjutkan menuntut ilmu agama. Salah satu kawan dan seniornya ketika itu adalah Tuan Guru Haji Rafai Bantalan.

Memilih Berkhidmah di Nahdlatul Ulama.

Ketika para ulama Ahlussunah Waljamaah ‘kaum tuha’ mendirikan organisasi Nahdlatul Ulama, Tuan Guru Haji Sabran kemudian turut berkhidmah di organisasi ini. Selain memberi pengajian di rumahnya, beliau juga mengajar di Madrasah Nahdlatul Ulama, Tembilahan.

Manakala Nahdlatul Ulama memilih mendirikan Partai Nahdhatul Ulama, pasca keluar dari Masyumi, Tuan Guru Haji Sabran turut berjuang untuk Partai NU.

Bahkan pada pemilu 1955, mewakili Sumatera Tengah Tuan Guru Haji Sabran turut mencalonkan diri sebagai anggota konstituante dari Partai NU. Namun sayang beliau tidak terpilih. Ketika itu, Tuan Guru Haji Sabran dari Partai NU Sumatera Tengah bersaing dengan tokoh-tokoh politik Sumatera Tengah lainnya, seperti KH Abdul Hamid Sulaiman dari Partai Masyumi, Wan Abdurrahman dari Partai Sosialis Indonesia, Tengku Bey dari Partai Islam Perti, Abdullah Ali Hamij dari Partai PKI, dan Dr. R. Soetjipto dari Partai PNI.

Saat Partai NU berfusi dengan partai lainnya menjadi Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Tuan Guru Haji Sabran turut berkhidmah di PPP. Ketika Pemilu 1977 dan 1982, beliau ikut berkampanye untuk partai berlambang Ka’bah ini.

Hingga akhir hayatnya, Tuan Guru Haji Sabran setia berkhidmat di Nahdlatul Ulama. Beliau salah seorang tokoh NU kharismatik yang  mendapat kepercayaan berada di jajaran Syuriyah NU. Jabatan terakhir sebelum wafatnya pada tahun 1982 adalah Wakil Rais Syuriah. Ketika itu yang menjadi Rais Syuriah adalah Tuan Guru Haji Abdul Shomad Umar. Sementara yang mendapat amanah sebagai Ketua Tanfidziah adalah Kiai Haji Hadran Zakaria.

Di antara rekan seperjuangan Tuan Guru Sabran mengembangkan NU di Indragiri Hilir adalah H. Sulaiman Masri, Tuan Guru H. Abdul Samad Umar, KH. Abdul Jalil Makruf, H. Mukhtar Awang (mantan Ketua MUI Indragiri Hilir), KH. Sa’dullah Hudhari (pengasuh Pondok Pesantren al-Baqiyatussa’diyah Tembilahan).

Keramat Tuan Guru Haji Sabran

Tuan Guru Haji Sabran tidak hanya dikenal sebagai tokoh NU di Tembilahan. Sebagai ulama, beliau juga dikenal mempunyai keramat.

Cerita keramat yang sangat terkenal karena banyak orang menjadi saksinya dan menjadi kisah turun temurun warga NU Tembilahan adalah yang terjadi pada tahun wafatnya, yaitu tahun 1982.

Ketika itu, Tuan Guru Haji Sabran yang sudah berusia sepuh diminta untuk memimpin do’a pada acara kampanye di lapangan Jalan Gajah Mada Tembilahan.

Saat itulah banyak orang menyaksikan, sejak turun dari rumah hingga berada di lapangan, ada awan yang senantiasa mengiringi untuk menaungi Tuan Guru Haji Sabran.

Tuan Guru Haji Sabran Rahmat Wafat.
images 155 - Tuan Guru Haji Sabran Rahmat, Ulama Banua yang Menjadi Tokoh NU di Tembilahan
Makam Tuan Guru Haji Sabran Rahmat di Tembilahan

Suatu hari, ketika itu hari Rabu 22 Ramadhan 1402 bertepatan 13 Juli 1982. Sehabis berbuka puasa dan shalat Maghrib, Tuan Guru Haji Sabran meminta anak-anaknya berkumpul.

Setelah mereka berkumpul, Tuan Guru Haji Sabran tiba-tiba berkata, “Aku handak bulik” (aku ingin pulang).

Selesai berkata demikian, Tuan Guru Haji Sabran Rahmat kemudian bersedekap seperti orang shalat, berzikir tiga kali dan wafat.

Tokoh NU Tembilahan ini wafat meninggalkan delapan orang anak, yaitu: Abdul Halim, Siti Hawa, Abdul Hadi, Habibah, Abdul Hayy, Muhyiddin, Abdul Wahab, dan Ahmad Rayani. Sebenarnya beliau mempunyai sebelas anak, namun tiga anak pertama Tuan Guru Sabran, yaitu Mahmuddin, Mahfuzh Siddiq, Ahmad Khatib, meninggal ketika masih kecil.

Semoga Allah membalas semua amal ibadah dan mengampuni semua dosa dan kesalahan tokoh NU Tembilahan ini. Serta menempatkannya di tempat terbaik di sisiNya. Aamiin.

Editor: Shakira.

Baca Juga: Kisah Tuan Guru Haji Zainal Ilmi Membentengi Umat dari Propaganda Pemberontak.
Baca Juga: Nasehat Tuan Guru Haji Kasyful Anwar Tentang Memilih Guru.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *