Lapangan Murjani Sebagai Tempat Ibadah, Why Not?

“Insya Allah, meski kita berada di seputaran Lapangan Murjani, sambil berjualan, sejatinya kita sedang berada di tempat ibadah dan sedang melakukan ibadah.”

Oleh: Khairullah Zain

IMG 20200822 WA0044 1 150x150 - Lapangan Murjani Sebagai Tempat Ibadah, Why Not?Ada rasa haru mendengar jawaban peserta kajian malam hari ini. “Kami sengaja tidak berjualan,” kata seorang peserta mewakili teman-temannya.

Malam ini, Kamis 8 Juli 2022, Forum Pedagang Kaki Lima Lapangan Murjani (FORKAMU) bersepakat untuk memulai kegiatan Yasinan dan Pengajian. Kebetulan saya yang diminta untuk mengasuh kajian.

Bagi sebagian orang, mengadakan Yasinan dan Pengajian mungkin hal yang biasa. Karena mereka punya waktu luang untuk itu. Tapi bagi kawan-kawan di FORKAMU, menurut saya, adalah hal luar biasa. Karena mereka mengorbankan waktu berjualan. Mereka sengaja tidak berjualan demi acara tersebut. Padahal, hasil berjualan satu malam sangat penting artinya bagi penghidupan mereka.

Ketika saya tanyakan, “Kalau siang hari, apa ada waktu luang?” Jawabnya, “Siang hari kami menyiapkan bahan untuk berjualan. Membeli kebutuhan, dan persiapan lainnya”. Mereka nyaris tidak punya waktu libur. Siang atau malam sama saja, mereka harus mengorbankan waktu yang sedianya untuk mencari nafkah.

Tentu saja, perlu motivasi yang kuat dan semangat yang tinggi untuk bisa melaksanakan kegiatan yang mengorbankan aktifitas mereka mencari nafkah. Karenanya, saya sangat mengapresiasi dan mengagumi pengorbanan mereka.

Tidak sedikit orang yang punya banyak waktu luang, tapi tidak terbuka hatinya untuk menambah pengetahuan agama, duduk di majlis ilmu.

Tidak sedikit pula orang yang berlimpah secara materi, namun Allah tidak memberinya hidayah untuk hadir di majlis ilmu.

“Perbanyak mengucap Alhamdulillah, bersyukur kepada Allah,” pesan saya kepada kawan-kawan pada pedagang kaki lima di seputaran Lapangan Murjani Banjarbaru tersebut.

Meskipun pada malam hari ini mereka tidak mendapatkan penghasilan berupa materi, karena tidak berjualan sebagaimana malam lainnya. Namun, dengan duduk di majlis ilmu, Allah telah memberikan yang jauh lebih mahal dari duniawi. Bukankah Allah berjanji akan mengangkat derajat orang yang diberi ilmu pengetahuan?

“Tidak ada pengorbanan yang sia-sia. Setiap amal kebaikan, sekecil apa pun, pasti ada nilainya di sisi Allah,” kata saya memotivasi mereka, sembari mengutip QS Az-Zalzalah ayat 7-8.

Saya juga menitip pesan, agar menjadikan tempat jualan mereka sebagai tempat ibadah. Tentu saja dengan tanpa menganggu aktivitas mereka.

“Caranya, setiap melihat orang melakukan perbuatan munkar, doakan agar mereka mendapatkan hidayah dan taubat. Kita wajib tidak menyukai perbuatan munkar, tapi kita jangan benci orangnya. Kasihi dan sayangi dengan mendoakannya.”

Iya, doa adalah termasuk ibadah, bahkan “mukhkhul ibadah” (intisari ibadah). Doa tidak harus mengangkat tangan. Selama berupa permintaan dan pengharapan kepada Allah, maka itu adalah doa.

“Insya Allah, meski kita berada di seputaran Lapangan Murjani, sambil berjualan, sejatinya kita sedang berada di tempat ibadah dan sedang melakukan ibadah.”

Bukankah mencari nafkah juga termasuk ibadah? Apalagi bila ditambah dengan senantiasa mendoakan kebaikan untuk orang lain.

Semoga.

Baca Juga: Ini Amalan Agar Kaya dan Disayang Isteri 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *