Manaqib Imam Ja’far Ash Shadiq, Imam Ahli Tarekat

Dia adalah Imam Ja’far Ash Shadiq bin Imam Muhammad Al Baqir bin Imam Ali Zainal Abidin bin Imam Al Husein, putra Sayiidatina Fathimah binti Sayyidina Muhammad bin Abdullah shallallahu ‘alaih wa aalihi wa sallam.

Oleh: Khairullah Zain*)

IMG 20220220 133136 150x150 - Manaqib Imam Ja'far Ash Shadiq, Imam Ahli Tarekat

Imam Al Laits bin Sa`ad pernah bercerita: “Pada tahun 113 H., aku berhaji ke Makkah. Pada suatu hari setelah sholat ashar, aku naik ke puncak Jabal Abu Qubais. Tiba-tiba aku melihat seseorang yang duduk bersimpuh sambil berdzikir, ‘Ya Rabb, ya Rabb’, sampai terputus napasnya. Kemudian dia berdzikir, “Ya Hayyu Ya Hayyu,’ sampai terputus napasnya. Kemudian dia berkata ‘Ilahi aku ingin buah anggur segar, maka berilah aku makan yang engkau ciptakan.” Tatkala perkataannya telah selesai, aku melihat wadah yang penuh anggur”. Demikian dikutip Al Munawi dalam Al Kawakib Ad Durriyah.

Siapakah lelaki yang diceritakan Imam Al Laits tersebut?

Dia adalah Imam Ja’far Ash Shadiq bin Imam Muhammad Al Baqir bin Imam Ali Zainal Abidin bin Imam Al Husein, putra Sayiidatina Fathimah binti Sayyidina Muhammad bin Abdullah shallallahu ‘alaih wa aalihi wa sallam.

Keramat Imam Ja’far Ash Shadiq sangat terkenal di kalangan para Sufi. Syekh Abdul Wahab asy Sya’rani menyebutkan: “Setiap kali dia membutuhkan sesuatu, dia hanya mengatakan: ‘Duhai Tuhan, Duhai Tuhan, aku membutuhkan sesuatu.’ Sebelum doanya selesai ditengadahkan, sesuatu yang diminta Ja’far itu sudah ada di sampingnya.”

Kelahiran dan Nasab Imam Ja’far Ash Shadiq

Imam Ja’far As Shadiq dilahirkan di Madinah, pada tanggal 17 Rabi’ul Awwal bertepatan dengan 20 April 702 Masehi. Bila ayahnya adalah seorang imam buyut Rasulullah shallallahu ‘alaih wa aalih wa sallam, maka ibunya adalah keturunan Abu Bakar As Shiddiq radhiyallahu ‘anh dari dua jalur.

Ibunya yang bernama Fatimah (Ummu Farwah) adalah puteri Qasim bin Muhammad bin Abu Bakar As Shiddiq. Ibu Fatimah adalah puteri Abdurrahman bin Abu Bakar As Shiddiq. Dengan demikian, maka terhimpun dua darah mulia dalam tubuh Imam Ja’far As Shadiq. Darah Rasulullah shallallahu ‘alaih wa aalih wa sallam dan darah Abu Bakar As Shiddiq radhiyallahu ‘anh.

Dengan demikian, apabila ada orang yang mengaku berimam kepada Imam Ja’far Ash Shadiq, namun dia mencela Abu Bakar As Shiddiq, sama saja mencela Imam Ja’far sendiri. Karena dalam tubuhnya mengalir darah Abu Bakar. Bahkan beliau pernah berkata, “Abu Bakar telah melahirkan saya dua kali.” Maksudnya, ia mendapat dua jalur nasab yang menuju Sayyidina Abu Bakar radhiyallahu ‘anh.

Imam Ja’far Ash Shadiq, Imam Semua Aliran.

Imam Ja’far adalah puncak semua aliran dan madzhab, baik tarekat Sufi maupun madzhab Fikih. Orang-orang Syi’ah mengakuinya sebagai salah satu dari imam yang ma’shum, sementara Ahlussunnah Wal Jama’ah mengakuinya sebagai wali agung dan guru para pendiri madzhab Fikih. Kendati demikian, Ahlussunnah Wal Jama’ah tidak mengikuti Madzhab Ja’fari, madzhab fikih yang dinisbatkan kepada Imam Ja’far. Ada beberapa alasan para ulama Ahlusunnah Wal Jama’ah menutuskan hanya empat madzhab saja yang diakui, yaitu Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hanbali.

Keilmuan Imam Ja’far, menurut riwayat Al Mizzi terutama diambil dari ayahnya sendiri, Imam Muhammad Al Baqir, dan kakeknya, Qasim bin Muhammad bin Abu Bakar. Selain itu, beliau juga banyak mengambil riwayat dari para tabi’in besar, seperti Nafi’, mantan budak yang dibebaskan Ibnu ‘Umar, Ubaidillah bin Abi Rafi’. sekretaris Sayyidina Ali karramallahu wajhah, Muslim bin Abi Maryam, dan para tokoh besar lainnya. Bahkan diriwayatkan bahwa Imam Ja’far sempat bertemu dan mengambil ilmu kepada para sahabat Nabi yang berumur panjang, seperti Anas bin Malik dan Sahl bin Said.

Dari Imam Ja’far kemudian lahirlah para ulama-ulama besar, diantaranya anak sendiri Imam Musa Al Kazhim, Aban bin Taghlab, Isma`il bin Ja’far, Hatim bin Isma`il, Al Hasan bin Iyasy, Al-Hasan bin Shalih, Abu Bakar bin Iyasy, Sufyan ats-Tsauri, Sufyan bin `Uyainah, Said bin Sufyan al-Aslami, Sulaiman bin Bilal, Syu’bah bin Hajjaj, Malik bin Anas, Muhammad bin Ishaq bin Yasar, Abu Hanifa An Nu’man, Wuhaib bin Khalid, dan lain-lain.

Beliau adalah seorang pecinta ilmu pengetahuan. Prinsip Imam Ja’far, “Tidak ada musibah yang paling besar selain kebodohan.”

Bila kita mengkaji sanad-sanad para ahli tarekat, maka akan menemukan nama Imam Ja’far Ash Shadiq tercantum di berbagai tarekat Sufi. Khususnya tarekat ‘Alawiyah, tarekat Naqsyabandiyah dan Syathariyah.

Dalam silsilah Tarekat Naqsyabandiyah, nama Imam Ja’far ash-Shadiq tercantum setelah Imam Al-Qasim bin Muhammad. Sementara dalam tarekat Syathariyah setelah Imam Muhammad al-Baqir.

Tarekat Syathariyah diturunkan Imam Ja’far as-Shadiq kepada Abu Yazid al-Busthami, lalu kepada Muhamamd al-Maghribi. Adapun Tarekat Naqsyabandiyah diturunkan Imam Ja’far kepada Imam Musa al-Kazhim. Karena baik tarekat Syathariyah ataupun Qadiriyah-Naqsyabandiyah adalah cabang tarekat Sayyidina Ali bin Abi Thalib dari jalan Sayyidina Husein bin Ali.

Mutiara Nasehat Imam Ja’far Ash Shadiq

Imam Ja’far mengajarkan rahasia dalam pencapaian makrifat dengan tiga perkara:

“Tidak akan sempurna ma’rifat kecuali dengan tiga perkara: engkau mengecilkan (dirimu) dalam pandanganmu, engkau menyembunyikannya, dan engkau menyegerakannya (untuk melakukan kebaikan)”.

Menurut Imam Ja’far, senjata untuk menundukkan dunia adalah dengan melayani orang yang melayani Allah, atau berkhidmad kepada para Awliya Allah.

“Allah pernah berwahyu kepada dunia, agar melayani orang-orang yang melayani Allah, dan mempersulit orang-orang yang menjadi pelayan dunia,” ujarnya.

Imam Ja’far sangat menekankan bahwa amalan orang-orang yang melakukan perbuatan dosa adalah memperbanyak minta ampun kepada Allah

“Jika kamu melakukan dosa, maka perbanyaklah istighfar, karena kesalahan-kesalahan itu akan dikalungkan di leher seseorang sebelum diciptakan. Serusak-rusaknya suatu kerusakan adalah melanggengkan perbuatan dosa.”

Bahkan, beliau pernah berkata, “Barang siapa yang lambat rezekinya perbanyaklah istighfar.”

Imam Ja’far Ash Shadiq Wafat.

Imam Ja’far ash-Shadiq wafat tahun 148 H. (765 M.) Anak-anak beliau menurut kitab Syamsuzh Zhahirah ada 13 laki-laki dan 7 perempuan. Di antara mereka, yang memiliki sambungan keturunan hingga saat ini, yaitu: Muhammad Al Akbar diberi laqab/gelar Ad Dibajah, Ishaq diberi laqab Al Mu’tamin, Musa al-Kazhim, dan yang paling muda Ali Al Uraidhi. Kepada Imam Ali Al ‘Uraidhi inilah berpuncak nasab para habaib di Hadhramaut. Sementara, Imam Musa Al Kazhim, kelak diakui para penganut madzhab Syi’ah sebagai imam mereka.

Semoga dengan membaca manaqib Imam Ja’far As Shadiq kita semua mendapat keberkahan dan madad dari beliau. Aamiin Yaa Robbal ‘Aaalamin.

*) Penulis adalah Mudir Jam’iyyah Ahlit Thoriqoh Al Mu’tabaroh (JATMAN) Kabupaten Banjar, Kalsel.

Baca Juga: Tarekat Abah Guru Sekumpul, Sebuah Wacana.

Baca Juga: Sejarah Perkembangan Tarekat At Tijaniyah di Banua Banjar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *